Kamis, 19 Mei 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS 

DOSEN PEMBIMBING : NS. MASLICHAH, S.KEP





DI SUSUN OLEH :
SRI ERNAWATI    (01314055)


STIKes ICSADA BOJONEGORO


BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang
Dari hari ke hari, tahun demi tahun kasus HIV/AIDS di Dunia semakin meningkat, baik akibat seks bebas maupun akibat penyalahgunaan Napza khususnya Napza suntik. Dengan semakin banyaknya pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), maka akan semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan bagi mereka agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari dapat lebih baik.
Lebih dari 60 juta orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Tahun 2001, UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV/AIDS) memperkirakan, jumlah Orang Hidup Dengan HIV/AIDS (ODHA) 40 juta,
Secara fisiologis HIV menyerang system kekebalan tubuh penderitanya jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut Ross(1997), jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi system imun yang memperparah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS. Modulasirespon imun penderita HIV/AIDS akan menurun secara signifikan, seperti aktivitas APC (makrofag) ; Th1 (CD4); IFNError: Reference source not found;IL-2;IgM-IgG, dan Antibodi-HIV (Ader,2001)
.

    1. Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud dengan HIV/AIDS itu ?
  2. Apa saja penyebab dari penyakit HIV/AIDS ?
  3. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit HIV/AIDS ?
  4. Bagaimana proses perkembangan dari virus tersebut ?
  5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit, pada pasien stadium lanjut ?
    1. Tujuan
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum, apa yang dimaksud dengan penyakit HIV/AIDS dan belajar bagaimana penyakit tersebut dapat menyerang system imun manusia serta cara penanganannya.
  1. Tujuan Khusus
  1. Untuk mengetahui secra rinci apa yang dimaksud dengan dimaksud dengan HIV/AIDS itu ?
  2. Untuk mengetahui secra rinci Apa saja penyebab dari penyakit HIV/AIDS ?
  3. Untuk mengetahui secra rinci Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit HIV/AIDS ?
  4. Untuk mengetahui secra rinci Bagaimana proses perkembangan dari virus tersebut ?
  5. Untuk mengetahui secra rinci bagaimana penatalaksanaan penyakit, pada pasien stadium lanjut ?
    1. Manfaat
Sebagai bahan pembelajaran, dan juga sebagai bahan informasi. Dimana diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat mengurangi resiko kemtian akibat HIV/AIDS .

BAB II
TINJAUAN TEORI
    1. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah nama untuk virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia virus ini terus bertambah banyak hingga menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak sanggup lagi melawan virus yang masuk.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV tersebut. Infeksi virus HIV secara perlahan menyebabkan tubuh kehilangan kekebalannya oleh karenanya berbagai penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh. Akibatnya penyakit-penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
    1. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Retrovirus HIV-1 merupakan agens etiologi yang primer. Penularan terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dan berkaitan dengan perilaku resiko- tinggi yang bisa dikenali. Menyebabkan pasien rentan terhadap segala macam infeksi oportunistik, kanker tak lazim, dan kelainan/ gangguan lain. Ditandai dengan kegagalan progresif system imun. Keadaan ini secara kurang proporsional tergambar pada :
  1. Laki-laki homoseksual dan biseksual
  2. Para pemakai obat IV
  3. Neonates dari ibu yang terinfeksi
  4. Resipien darah atau produk darah yang terkontaminasi
    1. Patofisiologi
HIV menyerang sel T helper dengan memproduksi antigen CD4. Antigen bertindak sebagai reseptor retrovirus dan memungkinkan retrovirus memasuki sel. Setelah menyerang sel, HIV memperbanyak diri/ bereplikasi sehingga sel mati atau menjadi laten. Infeksi HIV menyebabkan patologi akut, baik secara langsung melalui penghancuran sel CD4+, sel imun lain, dan sel neuroglia, atau tidak langsung, melalui efek sekunder disfungsi sel T CD4+ dan akhirnya mensupresi kekebalan tubuh.
    1. Manifestasi Klinis
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan. Adapun gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah :
  1. Berat badan turun dengan drastis.
  2. Demam yang berkepanjangan (lebih dari 38 0C)
  3. Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
  4. Mencret atau diare yang berkepanjangan.
  5. Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI SARKOM).
  6. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
  7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-kelamaan akan berakhir dengan kematian.
    1. Klasifikasi
Menurut WHO, terdapat 4 klasifikasi stadium dari AIDS:
  1. Stadium I
Infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
  1. Stadium II
Termasuk manifest membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang
  1. Stadium III
Termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah dan TBC
  1. Stadium IV
Termasuk toksoplasmotis otak, kandidiasis esofagus, trakea bronkus atau paru-paru dan sarkom kaposi. Adalah indikator dari AIDS.
    1. Pathway
Herediter Darah (terkontaminasi) Multiseksual Jarum suntik

Ibu hamil yang terinfeksi HIV Donor darah HIV masuk melalui cairan sperma terkontaminasi HIV

Melalui darah, ASI HIV tercampur dalam HIV masuk tubuh(DNA) darah
HIV

Menyerang sel T helper

Memproduksi CD4+

HIV masuk dalam sel

HIV berkembang menjadi AIDS

Memproduksi DNA & RNA sendiri

Penyebaran virus melalui jaringan dan sel


Imunodefisiensi CD4+ rusak

Otot S.Integumen S.Pernfsan S.Pencernn Infeksi sel

Suplay darah Perd.Mkosa bibir Kemamp. Batuk Asam lambung Hipertermi
Produksi sekret
O2 dalam otot Stomatitis Mual, Muntah
Terdengar suara
Kelemahan pd otot Nyeri (Akut) tambahan (ronkhi) Anorexia

Intoleransi Aktftas Ktdkefktf. Ktidkseimbngan Ntrsi Penurunan berat badan
bershan jln nfas Krg dr keb. Tbuh
Gangguan Mobilitas Fisik
O2 dalam jaringan

Dipsnea

Pola Nafas tidak efektif








Pemeriksaan Diagnostik
        1. Anamnesa gejala infeksi
  1. oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS
  2. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan
  3. Pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi demi mencari infeksi oportunistik dan kanker.
  4. Pemeriksaan rontgen.
  5. Pemeriksaan follow up untuk mengetahui jumlah CD4.
  6. Pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral demi memantau hasil pengobatan.
    1. Komplikasi
  1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
  2. Tuberkolusis (TBC)
  3. Esofagitis
  4. Diare
  5. Toksoplasmositis
  6. Leukoensefalopati multifocal prigresif
  7. Sarcoma Kaposi
  8. Kanker getah bening
  9. Kanker leher rahim
    1. Penatalaksanaan Medis
AIDS tidak ada obatnya!’ Ini salah! Saat ini sudah ada obat yang dapat menekan jumlah HIV, virus penyebab aids,di tubuh kita. Dengan penggunaan obat ini, diharapkan jumlah virus HIV akan sangat berkurang di dalam tubuh kita. Supaya obat itu dapat bekerja secara aktif, kita harus memakai sedikitnya kombinasi tiga obat sekaligus. Kombinasi obat ini dikenal sebagai terapi antiretroviral atau ART. Apabila seseorang sudang menggunakan ART , maka orang tersebut harus menggunakan ART terus menerus seumur hidup agar tetap aktif. ART tidak dapat memberantas HIV dari seluruh tubuh kita, jadi tidak dapat menyembuhkan dari infeksi HIV.
  1. Terapi
Obat Antiretroviral (ART) membantu kita dengan menghambar proses pembuatan HIV dalam sel CD4, dengan demikian mengurangai jumlah virus yang tersedia untuk menularkan ke sel CD4 yang lain. Akibatnya system kekebalan tubuh kita dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, seperti ditunjukkan oleh peningkatan jumlah sel CD4.
  1. Manfaat ART
    1. Menghambat perjalanan penyakit HIV
    2. Meningkatkan jumlah sel CD4
    3. Mengurangi jumlah virus dalam darah
    4. Merasa lebih baik.









BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
    1. Pengkajian
      1. Anamnesa
a). Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.
      1. Keluhan utama
Klien mengatakan bahwa ia sudah lama menderita sariawan, kurang lebih dua bulan dan seringkali hilang timbul, selain itu ia juga mengatakan bahwa sudah hampir 3 minggu ini terkena diare.
      1. Riwayat kesehatan
  1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien terdiagnosa medis AIDS
  1. Riwayat Penyakit Dahulu
Setahun yang lalu pasien pernah mengidap penyakit Pneumonia
  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengidap penyakit sama dengan pasien.


      1. Pengkajian keperawatan
Pola Fungsional Gordon
  1. Pola persepsi kesehatan 
Pasien mengatakan kesehatan sangat penting dan jika sakit beliau selalu membeli obat dan periksa ke dokter.
  1. Pola Nutrisi & metabolisme
Sebelum sakit pasien makan 2-3x  sehari, pasien minum 6-7 gelas. Selama sakit keluarga mengatakan setiap kali makan habis ½ porsi. Pasien minum 3-5 gelas.
  1. Pola Eliminasi
Sebelum sakit ia BAB 1x sehari dengan BAK 3x sehari, selama sakit BAB 8x dengan konsistensi cair, BAK 6-8x perhari.
  1. Pola aktivitas dan latihan 
Sebelum masuk RS pasien mengatakan masih bisa beraktifitas normal. Makan/minum, mandi, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur, berpindah.
  1. Pola istirahat 
Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari & kadang tidur siang selama 2 jam. Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun, tidur siang hanya 1-2 jam.


  1. Pola persepsi dan kognitif
Pasien dapat berkomunikasi baik verbal maupun non verbal dengan baik.
  1. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien selama dirawat di RS tidak dapat melakukan aktifitas, pasien tidak menyukai keadaannya saat ini, pasien sebagai kakek bagi ke-3 cucunya. Pasien berharap dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya.
  1. Pola peran & hubungan
Pasien berperan sebagai kakek dari ke-3 cucunya selama di RS selalu ditunggui cucu & anaknya hubungan keluarga sangat baik
  1. Pola seksualitas 
Pasien berjenis kelamin pria / laki-laki & sudah menikah mempunyai 3 anak.
  1. Pola koping dan toleransi terhadap stress terhadap penyakitnya
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya / perawat.
  1. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama Islam. Pasien sering berdoa & bertawakal pada Tuhan YME


      1. Pemeriksaan Fisik
TTV: Suhu: Nadi:
Tek. Darah: Pernafasan: GCS:
Body Of System
1. Breathing
Kaji status pernafasan pasien :
Inspeksi :
Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan observasi adanya dispnea dan kegelisahan, hipoksia mungkin di tandai dengan peningkatan kegelisahan atau perubahan tingkat kesadaran dan frekuensi pernafasan > 30kali/menit.
Palpasi :
Tidak adak ada benjolan atau nyeri tekan, kelenjar tiroid bergerak saat di tekan.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Nafas pendek dan dangkal

2. Bleeding ( kardiovaskuler/sirkulasi)
Inspeksi : Wajah pasien nampak pucat
Palpasi : Takikardia

Perkusi :
Dengan di dasari tangan di lakukan perkusi untuk mngetahui batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung normal (S1 & S2)

3. Brain (persarafan atau neurologi)
Inspeksi :
perilaku seperti gelisah, menyerengai, mengerang, merintih, terisak-isak menangis iritabilitas, menarik diri,
Kesadaran : komposmetiss
Membuka mata: spontan
Motorik : spontan
Verbal : orientasi baik
GCS : 15 (4,6,5)

4. Bladder (Perkemihan)
Inspeksi : Kaji kesimetrisan.
Palpasi : Adanya distensi kandung kemih.
Perkusi : Adanya hypersonor.
Auskultasi :
Adanya bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis.

5. Bowel
Inspeksi : Turgor kulit pucat, mukosa bibir kering
Auskultasi : Adanya hyper peristaltic usus.
Palpasi : Adanya nyeri tekan, distends abdomen.
Perkusi : Adanya hyper timpani.
6. Bone
Inspeksi :
Kaji bentuk, adanya fraktur, lesi ataupun tidak, Kaji kulit dan membran mukosa . warna, turgor
Palpasi : Sendi tidak teraba lembek pada saat di palpasi.
Perkusi : Bunyi dada saat di perkusi normal terdengar sonor.




3.2 Diagnosa Keperawatan
        1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d produksi sekret meningkat, ditandai dengan adanya suara tambahan (ronkhi).
        2. Pola nafas tidak efektif b/d Suplay O2 dalam jaringan menurun ditandai dengan dipsnea
        3. Nyeri b/d proses peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa bibir ditandai dengan adanya stomatitis
        4. ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asam lambung meningkat, ditandai dengan mual dan muntah
        5. Intoleransi aktifitas b/d suplay O2 dalam otot menurun ditandai dengan kelemahan pada otot
        6. Gangguan mobilitas fisik b/d asam lambung yang meningkat ditandai dengan anorexia
    1. Intervensi Keperawatan
              1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d produksi sekret meningkat, ditandai dengan adanya suara tambahan (ronkhi).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan, 1x 24 jam diharapkan sesak pasien berkurang
Kriteria Hasil :
              1. Ronchi tidak terdengar.
No
Intervensi
Rasional
1.
  1. Observasi tanda-tanda vital sebelum melakukan tindakan.
  2. Kaji suara napas sebelum melakukan tindakan pengisapan.
  3. Melakukan fisioterapi napas / dada sesuai indikasi dengan cara clapping, fibrasi dan pustural drainage.
  4. Berikan obat mukolitik sesuai indikasi / program.
  1. Deteksi dini adanya kelainan.
  2. Menentukan lokasi penumpukan sekret, mengevaluasi kebersihan tindakan
  3. Memudahkan pelepasan sekret.
  4. Mengencerkan secret.

2. Pola nafas tidak efektif b/d Suplay O2 dalam jaringan menurun ditandai dengan dipsnea
Tujuan : - Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam pola napas pasien efektif
Kriteria Hasil : - Pola napas menjadi 16-24 x/menit regional teratur, Nampak pergerakan dada saat bernapas dan normal
No
Intervensi
Rasional
2.
  1. Observasi penurunan ekspensi dinding dada
  2. Pertahankan posisi semi fowler (45o)
  3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronchodilator
  4. Observasi TTV
    1. Ekspansi dapat terbatas (sesuai dengan akumulasi cairan)
    2. Untuk melancarkan dan memudahkan nafas pasien
    3. Untuk membuka jalan napas, viskositas secret, memperbaiki ventilasi.
    4. Untuk melihat adanya perubahan pada pasien

3. Nyeri b/d proses peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa bibir ditandai dengan adanya stomatitis.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x 24 jam, di harap nyeri pasien berkurang
Kriteria Hasil : nyeri pasien berkurang. Pasien Nampak relax dan raut wajahnya tenang
No
Intervensi
Rasional
3.
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien. Dengan memberi pilihan 0-10 atau dengan menilai dari (ekspresi wajah)
2. kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
3. Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
4.Mengajarkan pasien teknik relaksasi
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan analgesik.
1. Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
2. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah klien.
3. Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
4. dengan teknik pengalihan, diharapkan focus pasien tidak pada nyeri yang dirasakan.
5. Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.

4.ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asam lambung meningkat, ditandai dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil : nafsu makan pasien naik, diharapkan dengan diet yang teratur dapat menaikkan berat badan pasien
No
Intervensi
Rasional
4.
  1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
  2. Berikan porsi makan sedikit tapi sering
  3. Berikan makanan yang hangat
  4. Kolaborasi dengan dokter memberikan antiemetik
  5. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk mengatur diet pasien
  6. Monitor BB dengan menimbang secara berkala


  1. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
  2. Untuk memenuhi nutrisi pasien
  3. Untuk meningkatkan nafsu makan pasien dan mengurangi mual pada pasien
  4. Mengurangi muntah
  5. Untuk menyesuaikan diet yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
  6. Untuk mengecek adakah kenaikan BB pada pasien
5.Intoleransi aktifitas b/d suplay O2 dalam otot menurun ditandai dengan kelemahan pada otot
Tujuan : pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri
Kriteria Hasil : Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
  • Tanda-tanda vital Normal
No
Intervensi
Rasional
5.
    1. Terapi aktivitas; memberi anjuran tentang bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang frekuensi atau durasi aktivitas individu
    2. Bantuan perawatan diri; membantu individu untuk melakukan AKS
    3. Bantuan perawatan diri: ADL: membantu dan mengarhkan individu untuk melakukan aktivits kehidupan sehari-hari yang diperlukan untuk berfungsi dirumah atau dikomunitas
    1. Melatih kekuatan otot pasien serta melatih mental pasien agar dia selalu mengingat dengan Tuhan-nya
    2. Agar pasien tetap mendapatkan kebersihan diri, meski kemampuannya terbatas
    3. Membantu pasien pada saat mandi

6. Gangguan mobilitas fisik b/d asam lambung yang meningkat ditandai dengan anorexia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan, kepercayaan diri pasien bertambah
Kriteria Hasil : pasien lebih tenang, dan lebih percaya diri, bahwa penyakit yang dia derita itu dapat pulih.
No.
Intervensi
Rasional
6.
  1. Membantu pasien untuk melakukan aktifitas (dengan membantu pasien kekamar mandi apabila pasien ingin kekamar mandi)
  2. Membantu pasien (dengan kursi roda) ketika pasien ingin berjalan-jalan keluar
  3. Kolaborasi: dengan ahli terapi untuk terapi kekuatan otot
  1. Mempermudah aktifitas pasien
  2. Kursi roda membantu mempermudah gerak pindah pasien
  3. Untuk melatih kekuatan otot pasien
    1. Evaluasi
_





BAB IV
PENUTUP
    1. Kesimpulan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah nama untuk virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia virus ini terus bertambah banyak hingga menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak sanggup lagi melawan virus yang masuk.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV tersebut. Infeksi virus HIV secara perlahan menyebabkan tubuh kehilangan kekebalannya oleh karenanya berbagai penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh. Akibatnya penyakit-penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi bahaya bagi tubuh.
Virus AIDS ditemukan dalam cairan sperma, cairan vagina dan pada darah, serta penularannya terjadi melalui hubungan seksual, alat suntik narkotika, transfusi darah dan ASI. AIDS dapat menyerang siapa saja yang melakukan perilaku yang menyebabkan AIDS (hubungan seksual berganti-ganti, pemakai narkotika suntik, transfusi darah yang tercemar).
    1. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca, untuk lebih memprotek diri sendiri. Karena semua penyakit bisa datang dan menyerang kita kapanpun, dan dimanapun termasuk HIV/AIDS.


DAFTAR PUSTAKA
        1. Nursalam. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS; hal 2 ; 2013
        2. Williams,Lippincott & Wilkins. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan implikasi keperawatan;Edisi 2.Jakarta:EGC
        3. Kowalak, Jennifer P. . 2011.Buku ajar; PATOFISIOLOGI.Jakarta: EGC
        4. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Sculapis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar