ASUHAN
KEPERAWATAN
POLISITEMIA
“ Untuk Memenuhi Tugas
Keperawatan Imun dan Hematologi II ”
Dosen pengampu :
Ns.
Angger anugerah ,
S.Kep
S1-Keperawatan IV/ B
Disusun
oleh :
1.
Agus
Budi M (
01314004 )
2.
Ahmad
Rifa’i (
01314007 )
3.
Beryl
Yuda K (
01314012 )
4.
Evi
Nur A ( 01314020 )
5.
Galuh
Bachti P ( 01314026 )
6.
Haslinda
S ( 01314029 )
7.
Indah
Masrurotin ( 01314032 )
8.
Indah
P Ningsih ( 01314033 )
9.
Malistiyowati ( 01314039 )
10.
Novita
W ( 01314047 )
11.
Nurul
Khotimah ( 01314048 )
12.
Sri
Ernawati ( 01314055 )
13.
Zuly
Fatma ( 01314065 )
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA
HUSADA BOJONEGORO
TAHUN AJARAN
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “ Keperawatan Imun Dan
Hematologi II “ dengan lancar.
Adapun pokok pembahasannya yaitu “ Asuhan keperawatan Polisitemia
”.
Penulisan ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari beberapa pihak.
Untuk itu kami sampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Ns.Angger anugerah,S.Kep. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Imun Dan Hematologi II .
2. Orang Tua kami yang telah mendidik kami dengan
tulus, ikhlas, dan penuh kasih sayang.
3. Teman – teman yang terlibat dalam penyusunan tugas
ini.
Kami menuyadari bahwa penulisan askep ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun supaya menjadi lebih sempurna dihari
berikutnya.
Bojonegoro,
29 April 2015
Penyusun
DAFATR
ISI
Halaman judul
...................................................................................................... i
Kata pengantar
..................................................................................................... ii
Daftar isi
............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah
.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan
............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Polisitemia vera ( primer )
............................................................................... 3
2.2 Polisitemia sekunder ........................................................................................ 6
2.3 Polisitemia spuious
.......................................................................................... 8
2.4 Patway
............................................................................................................. 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
............................................................................................................... 12
3.2 Analisa data ..................................................................................................... 12
3.3 Diagnosa keperawatan
..................................................................................... 15
3.4 Intervensi
......................................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 21
4.2 Saran
................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................ 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Peningkatan
sel darah merah, hemaktokrit meningkat lebih dari 55% pada pria atau lebih dari
50% pada wanita.
Peningkatan
konsentrrasi sel darah merah ( jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm3
atau hemoglobin melebihi 8 g/dl ), dapat primer atau sekunder.
Hematokrit
meningkat lebih dari 55% pada pria atau lebih dari 55% pada wanita. Polisitemia
biasanya ditandai kemerahan pada wajah
dan splenomegali. Gejala ini disebabkan oleh peningkatan volume darah (sakit
kepala, pusing, tinitus, keletihan dan pandanga kabur) atau peningkatan
viskositasdarah. Tekanan darah dan asam urat sering kali meningkat karena
adanya hiperviskositas sehingga menyebabkan metabolisme dalam tubuh
menurun,akibatnya tubuh melakukan kompensasi dengan cara melakukan metabolisme secara
Anaerob, yang kemudian hasil akhirnya adalah Asam laktat.
1.2
Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan polisitemia?
2. Bagaimana
etiologi dari polisitemia ?
3. Bagaimana
patofisiologi dari polisitemia ?
4. Bagaimana
pathway dari polisitemia ?
5. Bagaimana
manifestasi klinis polisitemia ?
6. Apa
saja klasifikasi dari polisitemia ?
7. Bagaimana
pemeriksaan diagnostik polisitemia ?
8. Bagaimana
penatalaksanaan polisitemia ?
9. Bagaimana
komplikasi polisitemia ?
10. Bagaimana
Asuhan Keperawatan polisitemia ?
1.3
Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa paham
dan mngetahui asuhan keperawatan pada pasien polisitemia.
2. Tujuan khusus
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan polisitemia?
2. Untuk
mengetahui etiologi dari polisitemia ?
3. Untuk
mengetahui patofisiologi dari polisitemia ?
4. Untuk
mengetahui pathway dari polisitemia ?
5. Untuk
mengetahui manifestasi klinis polisitemia ?
6. Untuk
mengetahui apa saja klasifikasi dari polisitemia ?
7. Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik polisitemia ?
8. Untuk
mengetahui penatalaksanaan polisitemia ?
9. Untuk
mengetahui komplikasi polisitemia ?
10. Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan polisitemia ?
1.4
Manfaat
Diharapkan pembaca dapat mengerti apa
yang dimaksud dengan Polisitemia secara umum serta dapat membedakan secara
spesifik mengenai klasifikasi dari polisitemia. Serta pembaca dapat mengenali
sedini mungkin tanda dan gejala dari polisitemia.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1
POLISITEMIA
VERA ( Primer )
2.1.1
Definisi
Polisitemia
vera adalah gangguan poliferatif pada sel induk sel mieloid. Sumsum tulang menjadi
hiperseluler, leukosit, dan trombosit di darah perifer meningkat. ( Brunner dan Suddarth )
Polisitemia
vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel induk hematopoietik dengan
karakteristik peningkatan jumlah eritrosit absolut dan volume darah total,
biasanya disertai leukositosis, trombositosis dalam proporsi normal, dan
splenomegali. ( Wiwik Handayani )
Polisitemia
vera merupakan gangguan kronis yang di tandai oleh peningkatan massa sel darah
merah, eritrositosis, leukositosis, trombositosis, dan peningkatan kadar
hemoglobin disertai volume plasma yang meningkat atau normal. ( Kowalak – Welsh – Mayer )
2.1.2
Etiologi
1. Hiperplasia
semua sumsum tulang ( Panmielosis).
2. Mutasi
asam deoksiribonukleat pada sel tunggal di sumsum tulang.
2.1.3
Patofisiologi
Reproduksi
dan maturasi sel sumsum tulang yang cepat dan tidak terkendali è
peningkatan massa sel darah merah è
darah kental è
menghambat aliran darah ke mikro sirkulasi è penurunan aliran darah dan
trombositosis è
menciptakan kondisi trombosis intravaskuler.
2.1.4
Manifestasi
Klinis
Tanda dan gejala
polisitemia vera yang mnungkin meliputi :
1. Perasaan
penuh dalam kepala atau keluhan akibat perubahan volume darah seperti pada
hipovolemia atau hiperviskositas.
2. Perasaan
pening akibat hipervolemia dan hiperviskositas.
3. Sianosis
kemerahan ( plethora ) pada hidung dan clubbing
jari - jari yang disebabkan oleh trombosis dalam pembuluh darah halus.
4. Peruritus
yang nyeri akibat konsentrasi swl – sel mast yang tinggi secara abnormal di
dalam kulit dan pelepasan heparing serta histamin oleh sel – sel ini.
2.1.5
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Kadar
asam ulang meningkat.
2. Peningkatan
massa SDM ( sel darah merah ) dan saturasi oksigen arteri normal mengonfirmasi
diagnosis dengan splenomegali atau dua dari tanda berikut :
Ø Hitung
platelet diatas 4000/µl ( trombositopenia ).
Ø Hitung
leukosit di atas 10.000/µl pada orang dewasa.
Ø Peningkatan
kadar alkali fosfatase leukosit.
Ø Peningkatan
kadar vitamin B12 atau kapasitas pengikat B12 bebas.
3. Prosedur
diagnostik
Ø Biopsi
sumsum tulang menunjukkan panmielosis.
2.1.6
Penatalaksanaan
1.
Pengobatan
Umum
Pengobatan umum yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pencegahan
hiperurikemia : alopurinol 300 mg/hari.
b. Pruritus
( karena peningkatan histamin ) : siproheptadin 3 – 4 x 4 mg/hari, simetidin 3
x 300 mg/hari.
c. Pencegahan
tromboemboli, bila trombosit > 750.000/mm3 berikan aspirin 80 –
325 mg/hari.
2.
Pengobatan
Khusus
Pengobatan umum yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Flebotomi
Tujuan penatalaksanaan
flebotomi adalah mempertahankan hematokrit antara 42% pada wanita dan 47% pada
laki-laki untuk mencegah timbulnya hiperviskositas. Indikasi flebotomi terutama
untuk semua klien pada permulaan penyakit dan yang masih dalam usia subur.
Flebotomi 500 ml dengan interval 1-3 hari(biasanya sebanyak 6-8 unit)sampai
hematokrit < 55%,kemudian flebotomi 250-500 ml/ minggu, hematokrit
dipertahankan 40-45%. Pada penderita usia > 65tahun ataudengan kelainan
kardiovaskuler flebotomi 100-150 tiap hari atau setelah sehari atau flebotomi
500 ml disertai penggantian cairan atau plasma untuk mempertahankanvolume
intravaskuler. Penyakit yang terkontrol memerlukan flebotomi 1-2 kali 500 ml
setiao 3-4 bulan. Bila flebotomi diperlukan lebih dari 1x/3 bulan, sebaiknya
dipilih terapi yang lain. flebotomi disertai diet rendah besi, bila kadar besi
sudah rendah, kembali diet biasa atau diberi preparat besi.
b. Fosfor
Radioaktif ( P32 )
P32
pertama kali diberikan dengan dosis 2 – 3 mCi/m2 IV, bila per
oral naikan 25%. Selanjutnya bila setelah 2 – 4 minggu pemberian P32 pertama
selesai, dapatdi evaluasi hasilnya seperti sebagai berikut.
Ø Mendapatkan
hasil, reevaluasi setelah 10 – 12 minggu, dapat di ulang jika diperlukan.
Ø Tidak
berhasil, dosis kedua dinaikan 25% dari dosis pertama, diberikan setelah 10 –
12 minggu dosis pertama.
c. Kemoterapi
Tujuan dari kemoterapi adalah
sitoreduksi, indikasi kemoterapi meliputi hal – hal berikiut ini :
Ø Hanya
untuk polisitemia rubra primer.
Ø Flebotomisebagai
pemeliharaandi butuhkan >2x perbulan.
Trombositosis yang
terbukti menimbulkan trombosis adalah :
Ø Urtikaria
berat yang tidak dapat di atasi dengan anti histamin.
Ø Splenomegali
simtomatik / mengancam ruptur limfa.
Cara
pemberian kemoterapi : hidroksi urea 10 – 30
mg/kg/hr peroral, menurunkan panmielosis pada 85% penderita dalam waktu 12
minggu dan menurunkan kejadian trombosis sebanyak 50%, dapat bersifat
leukemogenik.
Obat
– obatan alkilating ( klorombusil, busulfan, melphalan ) tidak direkomdasikan
karena dapat meningkatkan insidensi leukimia akut dan keganasan lain.
Ø Interferon
alfa : 3 juta unit SC 3 x per minggu dapat mengontrol mieloproliferasi,
mengurangi splenomegali, pruritus, dan memperlambat fibrosis.
Ø Splenektomi
: pada stadium akhir penyakit dengan splenomegali masif yang menyebabkan
gangguan mekanik, penurunan berat badan, anemia berat, dan trobositopenia.
2.1.7
Komplikasi
1. Hemoragi.
2. Trombosis
vaskuler.
3. Batu
asam urat.
4. Mielofibrosis.
5. Leukimia
akut.
2.2
POLISITEMIA
SEKUNDER
2.2.1
Definisi
Polisitemia
sekunder adalah produksi sel darah merah ( SDM ) berlebihan akibat hipoksia,
tumor, atau penyakit. ( Wolters kluwer )
Polisitemia
sekunder disebabkan oleh produksi eritropoietin yang berlebihan. ( Brunner dan
Suddarth)
Polisitemia
sekunder merupakan keadaan produksi sel darah merah yang berlebihan sebagai
akibat keadaan hipoksia, tumor, atau penyakit. ( Kowalak – welsh – mayer )
2.2.2
Etiologi
1. Peningkatan
produksi eritropoietin.
2. Kondisi
yang menyebabkan hipoksia jaringan lama, seprti syok atau kompresi pembuluh
darah besar.
3. Sifat
genetik resesif.
4. Merokok
2.2.3
Patofisiologi
Peningkatan produksi
eritropoitien è
merangsang sumsum tulang memproduksi sel – sel darah merah è
sebagai kompensasi dari suatu keadaan hipoksemia ( PPOK, gagal jantung ).
Peningkatan produksi
eritropoitien è
respon patologis ( gangguan pada ginjal, sistem saraf pusat atau endokrin, atau
terhadap neoplasma tertentu seperti tumor renal, mioma uteri, atau hemangioma
serebelum ).
2.2.4
Manifestasi
Klinis
1. Kulit
kemerahan sianotik.
2. Emfisema.
3. Hipoksemia
tanpa hepatomegali atau hipertensi ( pada pasien hipoksia ).
4. Jari
tabuh ( clubbing of the finger ).
2.2.5
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Pada
pemeriksaan darah lengkap menunjukkan peningkatan sel darah merah, hemoglobin,
hematokrit, sel darah putih, dan trombosit. Pada polisitemia sekunder sel darah
putih dan trombosit tetap normal.
2. Alkalinfosfat
leukosit meningkat.
3. Kadar
B12 serum meningkat.
4. Kadar
asam uram serum meningkat.
2.2.6
Penatalaksanaan
1. Flebotomi
atau feresis untuk mengurang volume darah ( guna mengoreksi hiperfiskositas
yang merupakan keadaan berbahaya, atau jikapasientidak bereaksi terhadap
penanganan penyakit yang primer ).
2. Terapi
oksigen yang kontinu denganaliran rendah untuk mengoreksi hipoksia yang berat.
2.2.7
Komplikasi
1. Hemoragi.
2. Trombo
emboli yang terjadi sekunder karena hemokonsentrasi.
2.3
POLISITEMIA
SPURIOUS
2.3.1
Definisi
Polisitemia spurius di tandai oleh
peningkatan hematokrit dan massa total sel darah merah yang normal atau rendah.
( Kowalak – welsh – mayer )
Terjadi akibat penurunan drastis volume
plasma dan hemokonsentrasi supsekuensial. (Wolters kluwer)
Biasannya polisitemia spurious di derita
oleh individu yang memiliki usia pertengahan dan lebih sering di jumpai
antaralaki – laki daripada wanita. ( Kowalak – welsh – mayer )
2.3.2
Etiologi
1. Dehidrasi.
2. Hemokonsentrasi
akibat stres.
3. Massa
SDM ( sel darah merah ) tinggi – normal dan volume plasma rendah – normal.
4. Hipertensi.
5. Penyakit
trombo embolik.
6. Merokok.
7. Peningkatan
kolesterol serum dan asam urat.
8. Kecenderungan
familial.
2.3.3
Patofisiologi
Peningkatan
kehilangan cairan, stres persarafan è
mengurangi volume plasma è
menimbulkan hemokonsentrasi
2.3.4
Manifestasi
Klinis
1. Sakit
kepala atau rasa pening akibat perubahan sirkulasi yang terjadi sekunder karena
hipervolemia dan hiperviskositas.
2. Wajah
yang tampak merah karena sianosis.
3. Hipertensi
ringan akibat peningkatan volume darah.
4. Kecenderungan
untuk mengalami hiperventilasi ketika berbaring.
5. Penyakit
jantung atau paru.
2.3.5
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Kadar
hemoglobin dan hematokrit meningkat.
2. Hitung
sel darah merah meningkat.
3. Massa
sel darah merah normal atau menurun.
4. Saturasi
oksigen arterinormal.
5. Volume
plasma menurun atau normal.
6. Periksaan
sumsum tulang normal.
7. Hiperlipidemia
mungkin terjadi.
8. Urikosuria
mungkin ada.
2.3.6
Penatalaksanaan
1. Pemberian
cairan dan elektrolit yang tepat untuk mengoreksi dehidrasi.
2. Tindakan
mencegah kehilangan lebih lanjut seperti memberikan obat anti diare, jika
diperlu8kan menghindari makanan yang bersifat diuretik (seperti kafein),
mencegah pespirasi berlebihan, mempertahankan dehidrasi tubuh.
2.3.7
Komplikasi
1. Trombo emboli.
2.4 PATHWAY

![]() |

Hiperplasi,
deoksiribonukleat Eritopoitien , hipoksia jaringan, merokok Dehidrasi, hipertensi
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||||
Produksi
dan maturasi Kehilangan
cairan




























![]() |
![]() |






















![]() |

|









Menganggu
pergerakan diafragma Terjadi
emboli di otak











|




Dipsnea Kelemahan pada otot sekresi asam lambung



|
|

Mual
, muntah



|

BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
Kasus
Tn A datang ke rumah sakit SWASTA di Bojonegoro
dengan memakai kursi roda dibantu istrinya (Ny B ), Tn A berusia 27 th masuk
rumah sakit dengan keluhan nyeri yang sangat pada perut bagian atas seperti di
tusuk-tusuk. Pasien juga mengeluh sesak saat bernafas, istrinya menjelaskan
bahwa Tn A mudah lelah saat beraktifitas, sebelum berangkat ke RS Tn A sempat
muntah dan mengeluh sakit kepala. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data
sebagai berikut: skala nyeri 8, nyeri timbul saat beraktivitas, sebelum sakit
BB Tn A 65 kg dan setelah masuk RS turun menjadi 60 kg. RR : 30x/menit, N : 120x/menit, TD : 140/100
mmHg, Trombosit 450.000 -800.000/mm3, sel darah merah > 6 juta/mm3,
Hemoglobin > 18 g/dl, terdapat juga Sianosis dan Splenomegali, Serum B12
meningkat.
3.2
Analisa
data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
|||||||||||||||
1.
|
DS:
Pasien
mengatakan
“ nyeri yang sangat pada perut bagian atas “
DO:
P : nyeri
Q : seperti di
tusuk-tusuk
R : perut
bagian atas
S : skala
nyeri 8
T : timbul
saat beraktivitas
-
Splenomegali
-
trombosit
450.000-800.000/mm3,
-
sel darah merah >6
juta/mm3,
-
hemoglobin > 18
g/dl,
-
serum B12 meningkat.
|
![]()
![]()
Terjadi retensi cairan pada hepar,
limpa.
Hiperplasia
(splenomegali, hepatomegali)
Desakan dining abdomen bagian atas
Pengiriman
Stimulus ke hipotalamus
Reseptor nyeri
![]() ![]()
Nyeri
|
Nyeri
|
|||||||||||||||
2.
|
DS: Pasien mengatakan
“ mengeluh sesak saat bernafas “.
DO: - RR: 30x/menit,
-
Nadi: 120x/menit
|
![]() ![]() ![]()
Vasodilatasi pembuluh darah
![]()
Terjadi retensi cairan pada hepar,
limpa.
![]()
Hiperplasia
(splenomegali, hepatomegali)
![]()
Desakan dining
abdomen bagian atas
![]() ![]()
Kelemahan pada
otot pernafasan
![]() ![]()
Dipsnea
![]()
Ketidak Efektifan Pola Nafas
|
Ketidakefektifan
pola nafas
|
|||||||||||||||
3.
|
DS: Istri Tn. A mengatakan
“sebelum berangkat ke RS Tn A sempat muntah “
DO: Sebelum sakit BB Tn A 65 kg setelah
masuk RS menjadi 60 kg
|
![]() ![]() ![]()
Elastisitas pembuluh darah
![]() ![]()
Atherosklerosis
![]() ![]() ![]()
Mengalir bersama darah ke otak
![]()
Terjadi emboli di otak
![]() ![]()
Hipotalamus
Merangsang peningkatan sekresi asam lambung
![]() ![]() ![]()
Mual, muntahs
![]()
Nafsu makan turun
![]()
Intake nutrisi inadekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|||||||||||||||
4.
|
DS :
Istri Tn A mengatakan “ Tn. A mengeluh sakit
kepala.”
DO :
- RR : 30x/menit
- N : 120x/menit
- TD : 140/100 mmHg
- Terdapat Sianosis
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
G3
perfusi jaringan perifer
|
G3 perfusi jaringan
perifer
|
|||||||||||||||
5.
|
DS :
Istri Tn A mengatakan “ Tn A mudah lelah saat
beraktifitas”
DO :
Memakai kursi roda dibantu istrinya (Ny B )
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Metabolisme anaerob
![]() ![]() ![]() ![]()
Intoleransi
aktivitas
|
Intoleransi
aktifitas
|
3.3 Diagnosa keperawatan
1.
Nyeri akut b/d desakan
dinding abdomen bagian atas ditandai dengan wajah menyeringai.
2. Ketidakefektifan
pola nafas b/d kelemahan pada otot pernafasan ditandai dengan dipsnea.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d asam lambung meningkat ditandai dengan mual dan muntah.
4. Gangguan
perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan ditandai dengan sianosis.
5.
Intoleransi aktifitas b/d peningkatan asam laktat ditandai
dengan kelemahan pada otot.
3.4 Intervensi
1.
Nyeri
akut b/d desakan dinding abdomen bagian atas ditandai dengan wajah menyeringai.
Tujuan : Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama
1x24 jam Pasien tidak
mengalami nyeri,
Kriteria
Hasil :
1.
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2.
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3.
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4.
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5.
Tanda vital dalam
rentang normal
6.
Tidak mengalami
gangguan tidur
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
3. Kurangi
faktor presipitasi nyeri
4.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
5. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat-obatan analgesik.
6.
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
|
1.
Untuk
mengetahui tingkat, jenis, lokasi dan pengobatan nyeri secara tepat.
2.
Lingkungan
yang nyaman dan tenang dapat mengurangi nyeri pasien.
3.
Untuk
mengurangi faktor penyebab nyeri.
4.
Dengan
tehnik pengalihan, diharapkan fokus pasien tidak pada nyeri yang dirasakan.
5.
Obat analgesik dapat
menekankan rasa nyeri.
6.
Untuk mengetahui
perkembangan dari tingkat nyeri.
|
2.
Ketidakefektifan
pola nafas b/d kelemahan pada otot pernafasan ditandai dengan dipsnea.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam pasien
menunjukkan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil:
1. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan).
2. Pola
napas menjadi 16-24 x/menit regional teratur, Nampak pergerakan dada saat
bernapas dan normal.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Monitor vital sign
2.
Pertahankan posisi
semi fowler (45o)
3.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian bronchodilator
4.
Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas
|
1.Untuk mengetahui keadaan pasien
2.
Untuk melancarkan dan
memudahkan nafas pasien
3.
Untuk membuka jalan
napas, viskositas secret, memperbaiki ventilasi
4.
Mengajarkan pasien
dan keluarga untuk meningkatkan kemandirian dalam tehnik relaksasi
|
3.
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d asam lambung meningkat
ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan pasien meningkat.
2. Berat badan pasien meningkat.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Monitor
kemampuan mengunyah dan menelan.
2.
Berikan
porsi makan sedikit tapi sering
3.
Berikan
makanan yang hangat
4.
Kolaborasi
dengan dokter memberikan antiemetik
5.
Kolaborasikan
dengan ahli gizi untuk mengatur diet pasien
6.
Monitor
BB dengan menimbang secara berkala
|
1.
Untuk
mengurangi resiko tinggi aspirasi saat makan
2.
Untuk
memenuhi nutrisi pasien
3.
Untuk
meningkatkan nafsu makan pasien dan mengurangi mual pada pasien
4.
Mengurangi
muntah
5.
Untuk
menyesuaikan diet yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
6.
Untuk
mengecek adakah kenaikan BB pada pasien
|
4.
Gangguan
perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan ditandai dengan sianosis.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan selama 1x24 jam
gangguan perfusi jaringan teratasi.
Kriteria hasil:
1. Tidak
terlihat sianosis
2. Ttv
normal
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Tentukan
faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atau penyebab khusus selama
penurunan perfusi cerebral.
2. Pantau
TTV, seperti
3. Berikan
posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan
letak jantung (beri bantal tipis).
4. Berikan
obat sesuai indikasi :
· Antikoagulasi,
seperti heparin, persantine
5. Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti protombin.
|
1. Kemunduran
tanda/gejala neurologis setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan.
2.
· Hipertensi/hipotensi
dapat menjadi faktor pencetus.
· Ketidakteraturan
pernapasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral atau
peningkatan TIK.
3. Mengurangi
tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
4. Untuk
memperbaiki aliran darah cerebral selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat
embolus.
5. Memberikan
informasi tentang keefektifan pengobatan.
|
5. Intoleransi aktifitas b/d peningkatan asam
laktat ditandai dengan kelemahan pada otot.
Tujuan: pasien dapat melakukan aktifitas
sehari-hari secara mandiri
Kriteria hasil:
1. Mampu melakukan aktifitas
sehari-hari (ADLs) secara mandiri
Tanda-tanda
vital Normal
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Terapi aktivitas; memberi anjuran
tentang bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang
spesifik untuk meningkatkan rentang frekuensi atau durasi aktivitas individu
2. Bantuan perawatan diri; membantu
individu untuk melakukan AKS
3. Bantuan perawatan diri: ADL:
membantu dan mengarhkan individu untuk melakukan aktivits kehidupan
sehari-hari yang diperlukan untuk berfungsi dirumah atau dikomunitas
|
1.
Melatih kekuatan otot
pasien serta melatih mental pasien agar dia selalu mengingat dengan Tuhan-nya
2.
Agar pasien tetap
mendapatkan kebersihan diri, meski kemampuannya terbatas
3.
Membantu pasien pada
saat mandi
|
BA
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Peningkatan konsentrrasi sel darah merah
( jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm3 atau hemoglobin
melebihi 8 g/dl ), dapat primer atau sekunder.
Etiologi
1.
Hiperplasia semua
sumsum tulang ( Panmielosis).
2.
Peningkatan produksi
eritropoietin.
3.
Kondisi yang
menyebabkan hipoksia jaringan lama, seperti syok atau kompresi pembuluh darah
besar
4.
Hipertensi.
4.2 Saran
Semoga dengan adanya
makalah ini, dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Dan dengan adanya
makalah ini, kita dapat membedakan secara lebih jelas mengenai klasifikasi
Polisitemia. Serta kita dapat mencegahnya sedini mungkin. Terimakasih, semoga
bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Williams,Lippincott
& Wilkins. 2011. Kapita Selekta
Penyakit dengan implikasi keperawatan;Edisi 2.Jakarta:EGC
2. Kowalak,
Jennifer P. . 2011.Buku ajar;
PATOFISIOLOGI.Jakarta: EGC
3. Brunner & suddarth. 2013. Keperawatan Medikal bedah edisi: 12. Jakarta: EGC
4. Handayani, wiwik.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar